Hampir mencecah
sebulan setengah, saya tidak aktif dalam blog,,heehhehhe…biasa dong, Karena
kemarin menghadapi ujian semester ganjil (harap2 dapat nilai yang memuaskan)…
Sejak pulang dari
tanah Java, lahirlah idea kembali untuk menulis dalam berbagi pengalaman yang
dirasakan dalam perjalanan yang memakan waktu lebih kurang satu minggu. Di
Jakarta 1 hari dan di Bandung 6 hari+malam.
Apa yang saya ingin
kongsikan pada kali ini, adalah bagaimana suasana di sekitar pasar Tanah Abang
yang terkenal dengan barang tekstilnya…
Gambar Pasar Tanah Abang Blok A yang diambil di atas jejantas
Pemberangkatan
Pada tanggal 18
Januari malam, pukul 9 lebih saya berangkat ke Jakarta naik travel yang di sewa
Rp170.000/org. Tujuan pada perancangan awal ke Tanah Abang (Jakarta Barat),
guna untuk melihat sendiri dengan dekat bagaimana tata cara perniagaan yang
bisa mencecah milyaran rupiah per hari. Dan juga untuk menjejak kaki ke Ibu
Kota tercinta yang sudah sekian lama baru saja tercapai. Sudah lama keinginan
ke DKI (Daerah Khusus Ibukota), akan tetapi masa dan luang masih saja terhambat
serta faktor utama adalah duit. Kesempatan ini, saya ambil karena lampung
(tempat pembelajaran degree saya) adalah sangat dekat. Menjadi faktor tertarik
minat untuk mencapai keinginan yang terpendam.
Dari asrama IAIN
Raden Intan ke Bakauheni, menempuh masa dalam 2 jam lebih. Terus naik kapal
ferry, yang merupakan jalur satu2nya untuk menuju Jakarta. Saya terfikir
sejenak, kenapa jalur untuk menuju Jakarta harus melalui laut untuk melintas
dari Sumatera ke Jawa. Adakah tidak ada jalur darat? Seperti di negara2 luar
yang masih membangun aja sudah pakai jembatan untuk melintas pulau guna
transaksi dan pemasokan barang keseluruh pelosok Negara. Kenapa ya tidak
terfikir untuk melakukan demikian sebagai contoh jalur yang sehat…padahal
lintas yang paling banyak dilalui adalah Sumatera-Jawa, bukan Madura-Jawa yang
pun sudah dibangun jembatan sekian lama. (ngak logik)…
Pelayaran ferry/kapal
menempuh 2 jam lebih sampai ke pelabuhan Merak. Sampailah jam 4 pagi (subuh
menjelang/sempat juga solat subuh di kapal). Perjalanan dilanjutkan sampailah
pada tujuan yaitu Pasar Tanah Abang Blok A-B pada pukul 9 pagi waktu setempat.
Jadi waktu perjalanan dari asrama IAIN ke Tanah Abang mencecah 12 jam
(tergantung kepada kondisi jalan dan cuaca).
Penginapan
Bagi sesiapa yang
hendak menuju ke tanah abang untuk berbelanja, anda jangan risau dan jangan
kuatir dengan penginapan anda. Disebelah kiri pasar terdapat banyak
hotel/motel/losmen untuk disewa dengan harga bervariasi per malam. Sempat juga
teringat nama2 hotel/motel disekitar seperti: hotel H.Chica Rp50rbu/org (makin
ramai per kamar makin murah), hotel Lampung harganya sama dan hotel focus yang
agak mahal dibanding keduanya karena agak mewah, kalau tidak salah Rp100+/night.
inilah sedikit makluman/info yang bisa dikongsikan tentang penginapan di Tanah
Abang.
Pemakanan
Untuk makan anda
jangan risau, di sini terdapat rumah makan /restoran yang menyediakan makanan
berbagai yang anda suka (tapi kesemuanya agak menyerupai makanan ala kampung).
Bagi pengunjung yang ingin jimat/hemat dalam pemakanan akan tetapi sedap jangan
kuatir disamping hotel H.Chica terdapat WARTEG (warung Tegal) merupakan kedai
makan yang paling murah, menunya hampir sama dengan cita rasa masakan
Padang/minang. Dan juga warteg ini tersebar di seluruh kota Jakarta, sangat
mudah badi anda untuk memperolehnya.
Panorama
Pemandangan yang
ingin saya nyatakan disini adalah mengenai suasana disekitar pasar tanah abang
bertepatan jalan hotel chica yang saya duduki sementara. Di sini kesibukan amat
terlihat, berbagai macam gelagak orang yang berlaku…kiri kanan terlihat sibuk
orang mengangkut barang-barang yang hendak dikirim ke tempat pelanggan yang
sudah menempah. Sampai lah jalan ini macet (jam) total, sehingga dengan
berjalan kakipun tiada ruang dibuatnya. Panorama inilah yang menjadikan titik
pembicaraan dibenak saya, orang Indonesia memang dikenal dengan susah dan serba
kekurangan dibanding Negara2 tetangganya. Walaupun demikian warganya kreatif
dalam mengambil peluang yang ada, sehingga sanggup meninggalkan tanah lahir untuk
mengais sesuap nasi di tanah orang. Kreatif yang saya maksudkan disini adalah
bagaimana dengan berbagai cara sekalipun orang disekeliling pasar ini
disibukkan dengan kerja, baik mengangkat goni2/karung2 yang berisi bahan
tekstil untuk kiriman domestic maupun luar Negara/ekspor. Bahkan ada orang
berjualan macam2 ada, sehingga tas/bag barang yang dijahit sendiripun ada, jadi
bagi pengunjung tidak susah mencari tas2 untuk memuat barang yang sudah dibeli.
Sampai2 lahirlah istilah MENGAMBIL PELUANG DARI SEBUAH TANTANGAN/CABARAN.
Tantangan hidup
sebeginilah menjadikan warga Indonesia yang serba susah untuk menjadikannya
peluang dalam berbagai bisnes disebaliknya pengunjung manca Negara/turist yang
datang untuk membelikan oleh2/buah tangan ketika menginjak kaki ke Batavia ini.
Kekreatifannya membuat tantangan/cabaran menjadi peluang untuk mengais
keuntungan. Fenomena seperti ini patut dipuji dan dicontohi oleh berbagai
pihak, warganya tidak hanya mengharap belas kasihan pemerintah sahaja turut
juga mandiri dalam berbagai peluang di depan mata.
Inilah keunikan pasar
tanah abang, sehingga memukau hati para pembeli yang berkunjung. Berbagai
produk seindonesia dapat diperolehi di sini dengan harga berpatutan bahkan
diluar fikiran karena tak disangka2 terlalu murah dan juga kualiti. Apatah
tidak, semua barang2 dan kraf tangan yang dijual dapat menembus pasaran
international sehingga diekspor keseluruh pelosok Asia terutama yang terkenal
dengan kain sarungnya Gajah duduk dan juga Islamik fesyen sampai ke Rusia.
Inilah sebab ianya dapat memukau pengunjung yang ada, disamping kenyamanan yang
ada. Berbeda seperti namanya PASAR, mana ada pasar yang ber-Air Cont, lift,
escalator, layaknya mall2 lainnya. (tidak percaya lihatlah sendiri).
Depart to Bandung
Cukup la sudah dengan
keunikan Tanah Abang, tibanya yang lain pulak. Heeee. Bandung lah jadi
distinasi yang kedua. Keesokan harinya, saya berangkat ke Bandung yang terkenal
dengan ramah, cantik penduduknya dan juga dingin suasananya serta kraf
tangannya yang begitu diminati oleh orang2 Malaysia dan Singapore ini.
Peninggalan sejarah juga membuktikan bahwa bandung ini adalah salah satu kota
yang kaya dengan sejarah salah satunya adalah bekas gedung Konferensi
Asia-Afrika, gedung-gedung design Europe di Paris Van Java, Tangkuban Perahu di
puncak gunung dan kawah putih di daerah Lembang. Masih banyak lain sejarah2 dan
juga tempat menarik di Bandung sampai saya tidak sanggup mengutarakannya dalam
ruang ini.
Ketika berangkat ke
Bandung ini, macam2 terjadi dengan saya dan teman2. Beginilah ceritanya….dengar
baik2 tawuuuuu…
Jakarta ke Bandung
mengambil masa dalam 3 jam, ongkos/tambang bus adalah Rp35 ribu. Untuk mengambil
bus direct ke Bandung perlulah depart dari Kampung Rambutan karena disini lah
tempat yang sesuai dan mudah didapati bus yang menghala kesana. Disini haruslah
berhati-hati, kenapa saya bilang demikian; karena ramai sopir/driver yang
memaksa secara lembut untuk naik bus mereka, contohnya dengan ingin menolong
angkat barang bawaan kita untuk terpukau menaiki bus nya.
Saya cukup2 kena tipu
dengan menaiki bus Jakarta-Garut, Karena terpukau dengan keramahan yang
ditunjukkan pak sopir ala gaya baik ini. Bus yang saya tumpangi bukan yang
sebenarnya ke Bandung malah lainnya. Tanpa kami sedari hal ini, sampailah saya
disuruh turun ditengah jalan untuk menyambung bus lagi ke Kota Bandung. Laluan yang
mereka guna adalah laluan ke Garut. Disini lah kesadaran pukauan manis muka pak
sopir ala penipu ini lenyap dari hati dan fikiran. Sampailah keluar dari mulut
saya perkataan marah dan tak puas hati di atas kebohongan mereka. (tapi tidaklah
sampai cacian, karena sedar bahwa cabaran dalam perjalanan first time ini).
Dengan rasa letih dan
agak marah, turun lah juga dari bus ini. Sambung pulak ke bus lainnya yang agak
sedikit sederhana sampai2 tidak pakai AC seperti saya tumpangi awal tadi. Walaupun
dengan keletihan yang ada, sempat juga kami di hiburkan dengan berbagai
kesenian pengamen (penyanyi jalanan) yang naik sekali ke bus kami. Alhamdulillah,
aduhai lucunya, kaget/terkejut, ketawa dan merdunya nyanyian sunda ala bandung
yang mereka berdua dendangkan. Gendang dan gitar menjadi alat musik pilihan
mereka sehingga dengan kolaborasinya melahirkan alunan nada yang enak didengar
walaupun kami semua tidak faham bahasa yang digunakan tapi rentak goyangan
badan kesemua kami mengikuti alunan lagu yang dibawa Sampailah habis
persembahan mereka yang non resmi ini. Hilanglah rasa letih berganti dengan
gelak ketawa, alahai orang bandung pitar kali koq buwat kami terkocok perutt
oleh nyanyian mu….(kata seorang teman)… pun begitu, persembahan kedua pulak
berlanjut selepas yg pertama dihadiahkan dengan recehan/syiling rupiah dari
penumpang yang menikmati hidangan lagu yang merdu tadi.
Dalam persembahan
kedua ini, agak sedikit menguji penglihatan, mental dan emosi kami. Apakan tidak,
orang yang berdiri didepan kami rupanya penyulap/ahli silap mata. Alangkah terkejutnya
saya, padahal penampilan yang dipakainya tidak sedikitpun menggambarkan
penampilan dalamannya yang dapat memukau sesiapa yang menontonnya. Dengan kopiah
putih di atas kepalanya ala pak kiai/ustaz, baju yang agak sederhana dan tas
kecil yang disangkut di bahunya. Jujur dengan Style begini memang dapat menarik
pandangan untuk tertumpu pada persembahannya. Permulaan dengan sepatah kata makluman
untuk memperkenalkan dirinya dan profesinya.
Singkatnya, dia
keluarkan sapu tangan kecil dari tasnya dan dimasukkan dalam tangan hingga
tiba2 hilang begitu saja. Alangkah terkejutnya terbeliak mata yang sudah mulai
ngantuk sebab keletihan yang sudah mulai terasa. Mata tertumpu pulak pada sapu
tangan si pesulap yang tiba2 hilang hingga dijumpai di bantal seat di samping
penumpang yang kosong. Ini sudah mulai menguji mata yang mulai ngantuk, akan
tetapi tumpuan tetap saya berikan pada retoriknya/gayanya.
Yang kedua, si
pesulap mengeluarkan patung kecil yang diberi nama “Jailangkung”. Kemudian diletak
di telapak tangan kirinya terus diseru dengan kalimat bangun…bangun..bangun…tiba2
dengan sendirinya patung itu bangun dan bergoyang ke kiri ke kanan. Tipuan mata
kena kedua kalinya, namun hati saya masih biasa2 aja masih ramai orang yang
bisa memperagakannya.
Tiba persembahan yang
ketiga pulak, namun ini agak berlainan dan mengerikan. Tibalah hati saya dengan
perasaan takut dan penasaran alangkah bisanya si pesulap memujuk saya untuk
mengeluarkan receh yang lebih banyak demi menghargai hasil hiburannya. Apakan
tidak, paku yang panjangnya 10 cm dan size 5 inc diketuk ke lubang hidungnya
sampai habis dengan tidak mengeluarkan darah sedikitpun layaknya tidak terjadi
apa2. Alamak teriak seorang penumpang di belakang…aduhhhhh…koq bisa ya…heran
heran hati saya berbisik ilmu apa yang digunakan oleh pesulap ini sampai2 bisa
mengais duit dengan mudahnya terhulur dari penumpang2 atas persembahannya. Memangpun
layak dikasih pujian ke atas ketrampilannya. Inilah termasuk pukaun tanah Java
kepada pengujung yang memijak kaki di atasnya. Sampailah ke Lewi Panjang, yaitu
terminal bus lintas Sumatera di Bandung. Sambunglah kami dengan bus satu lagi
dan berakhir dengan angkot (angkutan Kota) sampai ke destinasi yang hendak
dituju yaitu Wisma Arama Mahasiswa Aceh di Bandung di Jalan Cicendo berdekatan dengan
Pasar Baru Trade Center, dengan berjalan kaki hanya 5 menit. Alhamdulillah akhirnya
sampai juga memijak kaki ke penginapan yang sudah tertatap dengan indah dan mewah
bak hotel yang mempunyai service bintang 3.
Gambar spanduk pengenalan Asrama Aceh di Bandung
Akhirnya, 5 hari
habis juga terisi dengan berbagai kenangan dan pengalaman pertama di Tanah Java
antara Jakarta dan Bandung.
Pukaun terakhir di
tanah Bandung ialah tempat yang sejuk, kota yang bersih dan tertata dengan rapi
bak kota yang terdapat di negara2 maju. Tumpuan yang paling diminati
pelancong/turis adalah pertama Pasar Baru Trade Center sehingga saban harinya
pengujung dari Malaysia dan Singapore selalu memborong jualan yang ada seakan
tidak ada rasa puasnya. Yang kedua tempat jualan barang Branded di Factory
Outlet yang terletak di Jalan Dago dan Riau. Barang yang dijual lansung dari
kilang/pabrik yang direject tapi jangan risau kualitinya tetap branded dengan
harga jauh lebih murah berbanding di Malaysia dan Singapore yang pernah saya
kunjung. Ketiga, keindahan gunung Tankuban Perahu dan Kawah putih hasil dari Volcano
yang lampau dan diperkirakan ianya masih aktif sampai sekarang. Kesejukan dan
kehangatan udaranya masih dapat dirasakan seperti nature/alam semula jadi. Tumpuan
yang terakhir adalah design kota ala Paris yaitu Paris Van Java yang unik
seolah2 berada di Eropah siapa yang melihatnya. Mall ini amat terkenal dengan
panorama yang menampilkan berbagai seni Uerope yang tertata di tanah Java
berbanding sepanjang jalan ASIA-AFRIKA yang terkenal dengan gedung sejarah
Konferensi Asia-Afrika yang pernah berlansung ketika dahulu hingga membuat kota
bandung dipenuhi dengan sejarah disegala penjuru.
Inilah yang dapat
saya kongsikan bersama teman2, di sela2 waktu cuti semester ganjil ini. Semoga
dapat bermanfaat bagi semuanya dan jangan sampai terulang apa tidak diinginkan
dengan tertipu si sebalik terpukau dengan keunikan benda yang baru dijumpai. Belajarlah
dari pengalaman karena ianya GURU YANG TERBAIK KITA.
0 komentar:
Posting Komentar
Berilah nasihat dengan muhibbah...