AHLAN WASAHLAN....


Sabtu, 27 November 2010

Mu’tah; Islam vs Barat: Perang Pertama

 Gambar keadaan iklim di Mu'tah

 Bekas tapak peninggalan perang Mu'tah

 Peta Jordania

Ilustrasi

InsyaAllah dengan membaca artikel ini, penulis ingin mengajak pembaca untuk menelusuri  sejarah masa lampau yaitu dimana tempatnya terjadi perang Islam dan Barat pada pertama kali terjadi. Tujuan untuk mengingat kembali sejarah putih dan hitam dalam perjuangan Islam demi menambah lagi keperihatinan dan kekaguman sebagai panganut agama yang real dan dijamin oleh Sang Khaliq akan keselamatannya dunia dan juga akhirat ini. Dalam peperangan ini, Allah memberi kemenangan bagi kaum muslimin dengan Jumlah musuh yang begitu besar dibanding dengan jumlah kaum Muslimin yang sedikit, inilah tidak masuk akal kalau sekiranya dicerna dengan akal logik yang sehat, melainkan tidak bukan di atas bantuan Allah Azza Wajalla. Walaupun ada beberapa pandangan yang tidak sepakat dalam penentuan kalah atau menang bagi kaum Muslimin. Walaupun begitu di pertempuran yang begitu hebat ini ujian bagi kaum muslimin adalah amat mencabar apatah lagi ketika pertukaran pemimpin perang selisih berganti akibat syahid di tangan musuh. Kecelaruan panduan agak terkeliru di sini, kemana hendak dijadikan ikutan kecuali setelah Khalid bin al-Walid dilantik menjadi Komandan/ketua perang. 

Pengenalan secara singkat

Mu`tah adalah sebuah kampung yang terletak di perbatasan Syam. Desa yang ada di tepi Sungai Jordan ini, kini masuk dalam wilayah Karak/gurun wilayah Yordania. Mu'tah saat ini merupakan wilayah yang semarak dengan deretan pohon pinus di sepanjang jalan. Tidak seperti wilayah lain di Arab Saudi, di Mu'tah tidak begitu ramai orang yang berjubah. Bahkan, kabarnya juga tidak ada unta. Hal ini karena Mu'tah termasuk wilayah Mediterranean yang memiliki empat musim. Pada musim dingin, Mu'tah seringkali diselimuti salju. Begitulah saya diberitahukan oleh beberapa sahabat seperjuangan yang menyambung pelajarannya di bumi Ambiya’ ini.
Dan juga kampung Mu'tah, pada masa Rasulullah SAW menjadi salah satu saksi penting sejarah perkembangan Islam.

Di dekat kampung ini, terjadi peperangan antara bangsa Arab yang sudah memeluk Islam dengan aliansi bangsa Arab pemeluk Nashara dan Bangsa Eropa dari kerajaan Romawi.
Beberapa literatur menyebutkan, perang ini adalah perang pertama umat Islam melawan bangsa Barat.

Peperangan di Mu’tah

Pertempuran Mu’tah  terjadi pada 629 M atau 5 Jumadil Awal 8 H[1], dekat kampung yang bernama Mu’tah inilah, di sebelah timur Sungai Jordan dan Al Karak, antara pasukan Muslim yang dikirim oleh Nabi Muhammad dan tentara Kekaisaran Romawi Timur. Jumlah tentara kaum Muslimin adalah 3000  VS 200.000 kaum Kuffar.

Dalam sejarah Islam, pertempuran ini merupakan upaya Muslimin untuk memberikan pembalasan terhadap kepala suku Ghassaniyah yang mengeksekusi/menahan seorang utusan kaum Muslimin. Menurut sumber-sumber Islam, pertempuran ini berakhir dengan kedua belah pihak berundur dari medan perang. Menurut sumber-sumber Barat modern, pertempuran ini adalah upaya penaklukan yang gagal terhadap bangsa Arab di sebelah timur Sungai Jordan[2].

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengungkapkan ketakjubannya terhadap kekuasaan Allah Azza wa Jalla melalui hasil peperangan yang berakhir dengan kemenangan kaum muslimin dengan berkata : “Ini kejadian yang menakjubkan sekali. Dua pasukan bertarung, saling bermusuhan dalam agama. Pihak pertama pasukan yang berjuang dijalan Allah Azza wa Jalla, dengan kekuatan 3000 orang. Dan pihak lainnya, pasukan kafir yang berjumlah 200 ribu pasukan. 100 ribu orang dari Romawi dan 100 ribu orang dari Nashara Arab. Mereka saling bertarung dan menyerang. Meski demikian sengitnya, hanya 12 orang yang terbunuh dari pasukan kaum muslimin. Padahal, jumlah korban tewas dari kaum musyirikin sangat banyak”[3].


Dari kisah di atas marilah kita lihat sepotong ayat al-Qur’an ini, Allah Azza wa Jalla berfirman :


  قال الذين يظنون أنهم ملقوا الله كم من فئة قليلة غلبت فئة كثيرة بإذن الله , والله مع الصبرين

...Orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah? Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Al-Baqarah 2:249)

Para ulama sejarah berselisih pendapat dalam bab ini mengenai jumlah syuhada Mu’tah. Namun, yang jelas jumlah mereka tidak banyak. Hanya berkisar pada angka belasan saja, menurut hitungan yang terbanyak. Padahal, peperangan Mu’tah sangat sengit yang pernah ditempuh ummat Islam pada ketika itu. Ini dapat dibuktikan bahwa Khalid bin Walid rahimahullah menghabiskan 9 pucuk pedang dalam perang tersebut. Hanya satu pedang yang tersisa, hasil buatan Yaman.
Khalid rahimahullah berkata, “Telah patah Sembilan pedang ditanganku, tidak tersisa kecuali pedang buatan Yaman”.[4]

Di sisi lain, Imam Ibnu Hisyam rahimahullah dengan berlandaskan keterangan az-Zuhri rahimahullah, menambahkan empat nama dalam deretan Sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam yang gugur di medan perang Mu’tah. Yakni, Abu Kulaib dan Jabir. Dua orang ini saudara sekandung (adik beradik). Ditambah ‘Amr bin ‘Amir putra Sa’d bin Tsa’labah bi Malik bin Afsha. Mereka juga berasal dari kaum anshar. Dengan ini, jumlah syuhada bertambah menjadi 12 jiwa.[5]

Inilah peperangan kaum muslimin yang pertama melawan bangsa adidaya/adikuasa dimasa itu, bangsa Romawi. Berlaku pada tahun 8 H. Sebahagian ahli sejarah mengungkapkan bahwa faktor pemicu laga antara kaum muslimin dan kaum kuffar ini disebabkan oleh pembunuhan atas utusan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam yang bernama al-Harits bin ‘Umair radhiyallahu ‘anhu oleh Syurahbil bin ‘Amr al-Ghassani, salah satu gubernur dibawah bangsa Romawi di Syam (pada waktu itu yang berkuasa di wilayah Palestin dan sekitarnya). Sebelumnya, tidak pernah seorang utusan dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dibunuh dalam misinya.

Kesimpulan 

Allah juga menguji para ummat Islam bagaimana strategi dan sikap untuk melawan musuh yang nyata ini atau sudah terbukti akan memerangi kita sebelum mengikuti agama mereka. Sebagaimana Firman Allah (QS : Al-Baqarah : 120).

و لن ترضى عنك اليهود ولا النصرى حتى تتبع ملتهم , قل إن هدى الله هو الهدى , ولئن اتبعت أهوائهم بعد الذي جاءك من العلم , ما من الله من ولىّ  ولا نصير

Yang artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
Inilah diantara ayat yang selalu dipakai oleh para penda’i kita ketika menyentuh hala tuju musuh Islam dalam merancang untuk meruntuhkan Islam yang mulia ini. Dari arti diatas sangat jelas apa sebenarnya tujuan musuh Islam. 

Beberapa pengajaran yang dapat penulis ambil di sini, pertama; Janganlah menjadi gentar ketika melawan musuh Allah Subhana wata’ala, kedua; yakinlah bahwa Allah Subhana wata’ala akan membantu ummatnya dalam perjuangan karena-Nya, ketiga; seiring dengan perkembangan zaman, maka berbagai pula cobaan dan ujian yang datang, keempat; jadikanlah kisah ini sebagai awal semangat dalam perjuangan Islam, kelima; jadikanlah cita-cita menjadi seorang syahid di jalan Allah Subhana Wataa’la.




[1] Saif-ur-Rahman Mubarakpuri, ar-Raheeq al-Makhtoom, "The Sealed Nectar", Islamic University of Medina, Dar-us-Salam publishers ISBN 1-59144-071-8
[2] Buhl, F "Mu'ta". Encyclopaedia of Islam Online Edition. Ed. P.J. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel and W.P. Heinrichs. Brill Academic Publishers. ISSN 1573-3912
[3] Lihat al-Bidayah wan Nihayah (4/214).
[4] Hadits riwayat Bukhari 4265-4266.
[5] as-Sirah ash-Shahihah (hal.468) jumlah Sahabat yang gugur 13 orang.

Sabtu, 20 November 2010

HARI RAYA QURBAN 1431H: Kongsi Suasana



 Permulaan 

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah yang Yang Maha kuasa di atas karunia-Nya berupa umur panjang sehat badan, sehat fikiran sehingga dapat lagi merasakan bagaimana suasana hari besar Islam yang kedua ini. Pada kali ini, saya ditakdirkan dapat merayakannya di tempat pembelajaran saya yaitu di Propinsi Lampung. Inilah suatu nikmat bagi saya yaitu setiap lebaran dapat merasakannya di berbeda-beda tempat. Nikmat ini sangat saya syukuri bermula meniti hidup dalam perantauan ini selepas nikmat Iman dan Islam yang selalu dicucuri Allah Subhana Wa Ta’ala selama ini.

Di sini, saya ingin kongsi suasana hari lebaran di Lampung kepada handai taulan yang ingin mengenali lebih jauh perlbagai budaya yang ada di  Indonesia umumnya dan propinsi Lampung khususnya. Tak dapat tidak bagi seorang yang selalu ingin mengongsi cerita pengalaman seperti saya, menggunakan peluang yang ada untuk melatih diri dalam menulis, baik berupa ilmu pengetahuan yang termampu, opini penulis tentang isu semasa, kongsi pengalaman pengembara ataupun apa yang ada terlintas dalam fikiran untuk berbagi kepada pembaca. 

Malam Lebaran

Allahhu akbar…Allahu akbar…Allahu akbar........walillah ilhamd.

Begitulah selalunya terdengar di telinga kita sebagai Muslim yang sejati ketika mahu menyambut hari raya. Di saat-saat inilah kerinduan mulai membanjiri hati ini teringat akan keluarga, teman-teman yang jauh di mata. Dengan sahabat seperjuangan dari Malaysialah saling bertoleransi dalam berbagi kisah silam suasana Raya. Mimik wajahnya seakan-akan menampakkan betapa besarnya kerinduan yang dipendam seolah-olah ingin merungkaikan semua. Dalam keadaan terasing jauh dengan kampung halaman, jauh dengan suasana yang dirasai selama ini, mestilah membuat insan perantau akan iba (sedih, terharu beserta rindu) akan masa lalu.

Gemuruh aura takbir terdengar di semua sudut asrama Ma’had al-Jami’ah ini, terdiam, iba, sambil-sambil mengikut rentak ayunan irama yang dikumandangkan oleh Sang Bilal. Terkadang tak tahu yang mana harus dijadikan ikutan, kerana terlalu banyak mengumandangkannya untuk menambah lagi kemeriahan. Beginilah suasana malam lebaran bagi insan di asrama ini, sampailah mata terlelap….zzzzz..!!!

Pagi lebaran

Minal Aizin wal-Faiizin, 

Takbir lagi terdengar di ufuk subuh sehingga fajar menyinsing sinarnya, menandakan waktu solat Eid hampir tiba. Kamipun (penghuni asrama Mahasiswa dari Malaysia dan Thailand) dijemput untuk melaksanakan Solat Sunat Hari Raya Aidil Adha di sekitar kampus yaitu komplek rumah Griya, di mana tempat tinggal kebanyakan dosen-dosen/pensyarah IAIN Raden Intan. Bermula dari rumah Pak Nas (panggilan mesra kepada penyelia asrama kami, Drs. Nasruddin, M.Ag) sampailah ke menasah di mana kami akan menunaikan solat sambil berjalan kaki. Alhamdulillah sekali lagi puji syukur kepada Rabb, dapat menunaikan solat Eid disertai dengan khutbah bertajuk “Nikmat Iman dan Nikmat Islam”

Selepas solat, langsung saja kami dipersilahkan untuk mengikut rombongan silaturrahmi ke rumah-rumah para pemuka di desa tersebut. Menurut penerangan dari pak Nas, kebiasaan silaturrahmi sebegini selalu diadakan setiap hari-hari besar Islam. Sungguh mempesona suasana dapat memeriahkan hari raya dengan keadaan sebegini rupa. Ini agak sama dengan adat di Malaysia, ketika sesudah solat Eid budaya kunjung-mengunjung ke rumah jiran amatlah dibudayakan. Sungguh indah adat Islam ini yang mengutamakan silaturrahmi antara tetangga. Berlanjutlah ziarah ini sampai ke rumah ibu Ida (dosen mata kuliah Sosiologi Fakultas Usuluddin). Beginilah suasana hari pertama lebaran yang lumayan meriah dibandingkan Hari Raya Aidil Fitri sebelumnya yang begitu meriahnya, tidak mungkin saya utarakan satu persatu dalam ruang alternatif ini.

Hari kedua,

Pada hari inilah, kami mahasiswa Malaysia, Thailand dan beberapa mahasiswa Indonesia yang tidak pulkam (Pulang Kampung) berpiknik ke Pantai Teluk Betong. Sebenarnya kesempatan sebeginilah yang ditunggu bagi kami pelajar rantauan ini. Sudah lama dirancang untuk meziarahi tempat-tempat yang dibanggakan oleh orang Lampung ini. Namun pada kesempatan ini, satu sahaja tujuan yang hendak dituju. 

Walaupun planningnya mendadak (terburu-buru), tidak dirancang secara sistematik. Perasaan gembira tiba-tiba muncul juga dalam benak hati saya dan teman-teman setelah diketahui akan hadirnya Rektor & Bakal Rektor IAIN beserta karyawan-karyawan lainnya. Pada awalnya tidak terfikir suasana piknik ini akan jadi meriah begini.

Mulailah perjalanan, dengan dinaiki 4 mobil (1 mobil untuk para rektor/ orang atas IAIN, 3 lagi para mahasiswa). Kegembiraan dengan dihiasi kesyukuran tidaklah dapat diluahkan dengan kata-kata serba sedikit prosa dan sastra yang saya miliki ini. Namun penggunaannya menjadi harapan saya untuk dapat dimengerti oleh pembaca dalam kongsi berita & suasana saat musim Raya kali ini.

inilah sedikit coretan tinta yang bisa diajak menari di atas skrin dalam rangka kongsi suasana hari raya Aidil Adha 1431H pada kali ini. 

Wallahu a'lam....










Minggu, 14 November 2010

PENENTUAN HARI RAYA QURBAN 1431H: Menteri-Menteri Agama Negara Brunei Darussalam, Republik Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS)

8 November 2010


KENYATAAN MEDIA
KETUA PENGARAH
JABATAN KEMAJUAN ISLAM MALAYSIA (JAKIM)

BERKENAAN
PENENTUAN HARI RAYA QURBAN 1431H DI MALAYSIA

1. Sukacita dimaklumkan bahawa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia( JAKIM) melalui Cawangan Falak JAKIM ingin memaklumkan bahawa kaedah penentuan Hari Raya Qurban 1431H di Malaysia adalah menggunakan kaedah rukyah (cerapan) dan hisab berpandukan kriteria imkanur rukyah (kebolehnampakan).

2. Berdasarkan rekod cerapan anak bulan Zulhijjah 1431H disebanyak 30 tempat cerapan rasmi di Malaysia oleh Jabatan Mufti Negeri-Negeri di Malaysia pada 29 Zulkaedah 1431H bersamaan 6 November 2010 (Sabtu) yang lalu, telah mendapati anak bulan tidak kelihatan di kesemua tempat cerapan tersebut.

3. Hasil data cerapan tersebut kedudukan hilal (anak bulan) telah tidak memenuhi kriteria ketetapan Imkanur rukyah (kebolehnampakan).

4. Untuk makluman masyarakat Malaysia, persetujuan bersama oleh 4 negara anggota Menteri-Menteri Agama Negara Brunei Darussalam, Republik Indonesia, Malaysia dan Singapura( MABIMS) telah menerima pakai Kriteria Imkanur-rukyah (kebolehnampakan) yang telah diputuskan melalui keputusan Mesyuarat Jawatankuasa Penyelarasan Rukyah dan Takwim Islam Kali ke-3 di Wilayah Persekutuan Labuan pada 29 Zulkaedah 1412H bersamaan 1 Jun 1992 sebagaimana berikut:

’Hilal dianggap boleh kelihatan apabila kiraan memenuhi
salah satu daripada syarat-syarat berikut :

  1.  Ketika matahari terbenam, ketinggian bulan tidak kurang daripada 2° dan jarak lengkung bulan-matahari tidak kurang 3°, ATAU
  2. Ketika bulan terbenam, umur bulan tidak kurang daripada 8 jam selepas ijtimak berlaku.”
5. Oleh yang demikian, semalam iaitu pada 7 November 2010 adalah hari genap bagi Zulkaedah dan pada 8 November 2010 (Isnin) iaitu hari ini telah ditetapkan sebagai 1 Zulhijjah 1431H dan 10 Zulhijjah 1431H iaitu hari raya Qurban pula jatuh pada 10 Zulhijjah 1431H iaitu pada Rabu minggu depan bersamaan 17 November 2010.
6. Sehubungan dengan itu, umat Islam di Malaysia bolehlah melakukan ibadah puasa Arafah pada 16 November 2010 (Selasa) bersamaan 9 Zulhijjah 1431H.

7. Sukacita dimaklumkan juga, asas penentuan hari raya Korban di Malaysia adalah selaras dengan Singapura dan Republik Indonesia dan berkebetulan pada tahun ini negara Brunei Darussalam dijadualkan bersama-sama merayakan hari raya korban pada tarikh tersebut.

8. Untuk makluman lanjut, orang ramai boleh mengakses dan merujuk Info Kriteria Imkanur-rukyah di Malaysia dan data-data berkaitan melalui laman web JAKIM di laman sesawang
www.islam.gov.my.

9. Oleh itu, sukacita dipohon pihak media dapat memaklumkan perkara ini kepada masyarakat. Atas kerjasama dan keprihatinan pihak media dalam perkara ini didahului dengan ucapan terima kasih.


Sekian, terima kasih.
BERKHIDMAT UNTUK NEGARA
Saya yang menurut perintah,
DATO’ HAJI WAN MOHAMAD BIN DATO’ SHEIKH ABDUL AZIZ
http://www.islam.gov.my/portal/

Sabtu, 13 November 2010

Pro-Kontra: Soeharto Sebagai Pahlawan Nasional


Soeharto adalah presiden Republik Indonesia yang kedua setelah Soekarno mengalih masa pemerintahannya kepada bekas ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) ini. Pada mulanya, pemerintahan Soeharto adalah relatif aman karena sistem yang dipergunakan menjurus kepada pembangunan dan berkembang dari keterpurukan. Banyak pembangunan yang dicapai masa pemerintahan Soeharto walaupun tidak semuanya sesuai dengan planning sebenarnya. Contohnya: Indonesia pernah menjadi salah satu Negara macan Asia (disegani kawan dan lawan khususnya di benua Asia), Soeharto lah yang memberantas bejatnya PKI (partai Komunis Indonesia) yang hampir memporak-porandakan Indonesia ketika itu.

Peringatan hari Pahlawan pada 2010 betepatan dengan 10 November kelmarin mengundang kontroversi Karena, masyarakat disajikan banyaknya komentar pro dan kontra seputar diajukannya Soeharto sebagai salah satu Pahlawan Nasional tahun ini. Ramai terdengar suara sumbang dari hasil cadangan itu, tertanya-tanya mengapa harus Soeharto? 

Pihak pro memberi pandangan jasanya harus diakui banyak, di antaranya membubarkan PKI. Selama 32 tahun berkuasa, rakyat pernah merasakan kehidupan yang tenang, harga barang pokok murah, Indonesia menjadi negara surplus beras lewat swasembada pangannya (pengimport dan juga membekalkan beras sendiri untuk rakyatnya). Rakyat Indonesia juga pernah mengalami kenaikan kesejahteraan lumayan tinggi di masa Orde Baru. Keamanan relatif kondusif.

Begitu juga pihak kontra dalam hal ini, sangat tidak relevan Soeharto dinobatkan sebagai pahlawan Nasional. Mereka mengatakan tidak ada pembangunan sedikitpun yang dapat dirasakan dalam pemerintahannya. Kalaupun ada itu hanya secuil dari buih di lautan. Sangat tidak wajar dengan masa pemerintahannya selama 32 tahun. Merupakan waktu yang paling lama pemerintahannya dibandingkan presiden RI yang lainnya. Terbukti Kinerja Soeharto pada dekade 1990-an berubah secara drastis/serentak. Pemerintahan Soeharto menjadi lembah KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme) yang melibatkan putra-putri dan kroninya, serta represif terhadap aktivis politik dan mahasiswa. Pelanggaran HAM terjadi di mana-mana. Kondisi rakyat Indonesia pada waktu itu terombang-ambing sehingga mundurnya pada 21 Mei 1998, di atas desakan Persatuan Mahasiswa dan Ormas-ormas (organisasi masyarakat) diseluruh Indonesia.

Pada permasalahan ini saya lebih berpihak kepada kontranya, karena terlalu banyak keburukan berlaku di masa pemerintahan Soeharto. Kekayaan Negara hanya untuk kroni-kroninya sahaja. Sehingga penderitaan rakyat Indonesia sangat membimbangkan apatah lagi ekonomi moneter inflasi yang cukup tinggi hingga menurunnya nilai Rupiah ke paras yang sangat rendah. Hutang Negara bertumpuk di mana-mana Negara. Bayangkan dalam logik akal hutang Negara ditanggung per orang bisa mencapai 10 juta rupiah (hasil diperoleh dari opini masyarakat setempat). Inilah yang menyayat hati rakyat Indonesia untuk menerima gelaran Pahlawan Nasional tersebut.

Disini, saya juga ingin mengkongsi berita dari Propinsi Serambi  Mekkah Aceh ketika dulu.  Di Aceh, 77 lembaga sipil mengecam keras ide pemberian gelar ini. Menurut aktivis sipil, Soeharto sama sekali tidak layak menjadi Pahlawan Nasional. “Tidak ada jasa yang pantas/sesuai sehingga bisa menjadikan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional,” kata mantan anggota Komisi I DPR RI asal Aceh Gazali Abbas Adan dalam konferensi pers di Banda Aceh, Senin (25/10).

Menurut mantan politisi (PPP) Partai Persatuan Pembangunan ini, Soeharto tak lebih sebagai orang yang harus bertanggungjawab terhadap berbagai kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Aceh selama pemerintah memberlakukan (DOM) Daerah Operasi Militer dengan sandi Jaring Merah selama kurun waktu 1989-1998. Disini berlaku pembantaian habis-habisan kepada rakyat Aceh dengan alasan Soeharto mahu memerangi teroris di Aceh. Padahal faktanya mengatakan Aceh ingin menuntut haknya sebagai salah satu NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Tetapi pihak pemerintahan pada ketika itu tidak mengambil peduli. “Selama periode ini, telah terjadi genosida, ethnic cleansing di Aceh. (AcehKita.com)

Menjelang dan usai pencabutan DOM pada 1998, Komisi I DPR RI membentuk Tim Pencari Fakta. Gazali Abbas Adan termasuk salah seorang anggota Tim Pencari Fakta. Mereka turun ke Aceh dan mendapati kasus pembunuhan di luar proses pengadilan dan menemukan sejumlah kuburan massal (kubur beramai-ramai) korban kekejaman aparat/polisi negara di masa DOM tersebut. “Keputusan parlemen, membuktikan bahawa Soeharto adalah orang yang bertanggungjawab dengan pemberlakuan DOM di Aceh.

Karena itu, sangat berat bagi Dewan Gelar Tanda Jasa dan Kehormatan Kepresidenan dalam memutuskan Soeharto menjadi Pahlawan Nasional. Tidak demikian halnya dengan Gus Dur, mantan pemimpin nasional dan bapak pluralisme. Ia relatif aman karena tidak banyak penolakan dari elemen masyarakat, meskipun selaku presiden di masa lalu Gus Dur dikenakan hukuman impeachment’ oleh MPR (Majlis Permusyarawatan Rakyat). Kondisi itu berarti Gus Dur melakukan kesalahan fatal. 

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Pasal 1 angka 4 berbunyi: ‘’Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia”.

Dari bunyi undang-undang di atas dapatlah dinyatakan bahwa pemerintahan Soeharto sangat jauh tergelincir dari tujuan utama. Walaupun ada juga terdapat kebaikan dan juga kemajuan yang dikecapi rakyat Indonesia dahulu akan tetapi ianya adalah terlalu sedikit. Sehingga cadangan gelar pahlawan kepada Soeharto adalah tidak mencukupi syarat-syarat yang sudah tertulis dalam UU.

Pada hemah saya, soeharto memang tidak bisa mempolopor gelar tersebut di atas bukti kontra yang terlalu banyak berlaku pada masa pemerintahannya. Walaupun begitu sebagai warga Indonesia yang menghormati pemimpin dan pernah merasakan pembangunan, maka Soeharto hanya layak digelar sebagai Bapak Pembangunan bukan Pahlawan Nasional.

Jumat, 12 November 2010

Puasa Arofah Ikut Siapa?


Permasalahan ini sering muncul dari berbagai pihak ketika menghadapi hari Arofah. Ketika para jama’ah haji sudah wukuf tanggal 9 Dzulhijah di Saudi Arabia, padahal di Indonesia masih tanggal 8 Dzulhijah, mana yang harus diikuti dalam puasa Arofah? Apakah ikut waktu jama’ah haji wukuf atau ikut penanggalan Hijriyah di negeri ini sehingga puasa Arofah tidak bertepatan dengan wukuf di Arofah?

Syaikh Muhammad bin Sholih ‘Utsamin pernah diajukan pertanyaan:
Kami khususnya dalam puasa Ramadhan mubarok dan puasa hari Arofah, di antara saudara-saudara kami di sini terpecah menjadi tiga pendapat.

Pendapat pertama: kami berpuasa bersama Saudi Arabia dan juga berhari Raya bersama Saudi Arabia.
Pendapat kedua: kami berpuasa bersama negeri kami tinggal dan juga berhari raya bersama negeri kami.
Pendapat ketiga: kami berpuasa Ramadhan bersama negeri kami tinggal, namun untuk puasa Arofah kami mengikuti Saudi Arabia.

Kami mengharapkan jawaban yang memuaskan mengenai puasa bulan Ramadhan dan puasa Hari Arofah. Kami memberikan sedikit informasi bahwa lima tahun belakangan ini, kami tidak pernah bersamaan dengan Saudi Arabia ketika melaksanakan puasa Ramadhan dan puasa Arofah. Biasanya kami di negeri ini memulai puasa Ramadhan dan puasa Arofah setelah pengumuman di Saudi Arabia. Kami biasa telat satu atau dua hari dari Saudi, bahkan terkadang sampai tiga hari. Semoga Allah senantiasa menjaga antum.

Jawaban:

Perlu diketahui bahwa para ulama berselisih pendapat dalam masalah ru’yah hilal apabila di satu negeri kaum muslimin telah melihat hilal sedangkan negeri lain belum melihatnya. Apakah kaum muslimin di negeri lain juga mengikuti hilal tersebut ataukah hilal tersebut hanya berlaku bagi negeri yang melihatnya dan negeri yang satu matholi’ (tempat terbit hilal) dengannya.

Pendapat yang lebih kuat adalah kembali pada ru’yah hilal di negeri setempat. Jika dua negeri masih satu matholi’ hilal, maka keduanya dianggap sama dalam hilal. Jika di salah satu negeri yang satu matholi’ tadi telah melihat hilal, maka hilalnya berlaku untuk negeri tetangganya tadi. Adapun jika beda matholi’ hilal, maka setiap negeri memiliki hukum masing-masing. Inilah pendapat yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah. Pendapat inilah yang lebih bersesuaian dengan Al Qur’an, As Sunnah dan qiyas.

Dalil dari Al Qur’an yaitu firman Allah Ta’ala,

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185). 

Dipahami dari ayat ini, barang siapa yang tidak melihat hilal, maka ia tidak diharuskan untuk puasa.
Adapun dalil dari As Sunnah, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا ، وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا

Jika kalian melihat hilal Ramadhan, maka berpuasalah. Jika kalian melihat hilal Syawal, maka berhari rayalah.” (HR. Bukhari no. 1900 dan Muslim no. 1080). 

Dipahami dari hadits ini, siapa saja yang tidak menyaksikan hilal, maka ia tidak punya kewajiban puasa dan tidak punya keharusan untuk berhari raya.
Adapun dalil qiyas, mulai berpuasa dan berbuka puasa hanya berlaku untuk negeri itu sendiri dan negeri yang terbit dan tenggelam mataharinya sama. Ini adalah hal yang disepakati. Engkau dapat saksikan bahwa kaum muslimin di negeri timur sana -yaitu Asia-, mulai berpuasa sebelum kaum muslimin yang berada di sebelah barat dunia, begitu pula dengan buka puasanya. Hal ini terjadi karena fajar di negeri timur terbit lebih dulu dari negeri barat. Begitu pula dengan tenggelamnya matahari lebih dulu di negeri timur daripada negeri barat. Jika bisa terjadi perbedaan sehari-hari dalam hal mulai puasa dan berbuka puasa, maka begitu pula hal ini bisa terjadi dalam hal mulai berpuasa di awal bulan dan mulai berhari raya. Keduanya tidak ada bedanya.

Akan tetapi yang perlu jadi perhatian, jika dua negeri yang sama dalam matholi’ (tempat terbitnya hilal), telah diputuskan oleh masing-masing penguasa untuk mulai puasa atau berhari raya, maka wajib mengikuti keputusan penguasa di negeri masing-masing. Masalah ini adalah masalah khilafiyah, sehingga keputusan penguasalah yang akan menyelesaikan perselisihan yang ada.

Berdasarkan hal ini, hendaklah kalian berpuasa dan berhari raya sebagaimana puasa dan hari raya yang dilakukan di negeri kalian (yaitu mengikuti keputusan penguasa). Meskipun memulai puasa atau berpuasa berbeda dengan negeri lainnya. Begitu pula dalam masalah puasa Arofah, hendaklah kalian mengikuti penentuan hilal di negeri kalian.

[Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, 19/24-25, Darul Wathon – Darul Tsaroya, cetakan terakhir, tahun 1413 H]
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin juga mendapat pertanyaan sebagai berikut, “Jika terdapat perbedaan tentang penetapan hari Arofah disebabkan perbedaan mathla’ (tempat terbit bulan) hilal karena pengaruh perbedaan daerah. Apakah kami berpuasa mengikuti ru’yah negeri yang kami tinggali ataukah mengikuti ru’yah Haromain (dua tanah suci)?”

Syaikh rahimahullah menjawab, “Permasalahan ini adalah turunan dari perselisihan ulama apakah hilal untuk seluruh dunia itu satu ataukah berbeda-beda mengikuti perbedaan daerah. Pendapat yang benar, hilal itu berbeda-beda mengikuti perbedaan daerah.

Misalnya di Makkah terlihat hilal sehingga hari ini adalah tanggal 9 Dzulhijjah. Sedangkan di negara lain, hilal Dzulhijjah telah terlihat sehari sebelum ru’yah Makkah sehingga tanggal 9 Dzulhijjah di Makkah adalah tanggal 10 Dzulhijjah di negara tersebut. Tidak boleh bagi penduduk Negara tersebut untuk berpuasa Arofah pada hari ini karena hari ini adalah hari Iedul Adha di negara mereka.

Demikian pula, jika kemunculan hilal Dzulhijjah di negara itu selang satu hari setelah ru’yah di Makkah sehingga tanggal 9 Dzulhijjah di Makkah itu baru tanggal 8 Dzulhijjah di negara tersebut. Penduduk negara tersebut berpuasa Arofah pada tanggal 9 Dzulhijjah menurut mereka meski hari tersebut bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah di Mekkah.

Inilah pendapat yang paling kuat dalam masalah ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian melihat hilal Ramadhan hendaklah kalian berpuasa dan jika kalian melihat hilal Syawal hendaknya kalian berhari raya” (HR Bukhari dan Muslim).

Orang-orang yang di daerah mereka hilal tidak terlihat maka mereka tidak termasuk orang yang melihatnya.
Sebagaimana manusia bersepakat bahwa terbitnya fajar serta tenggelamnya matahari itu mengikuti daerahnya masing-masing, demikian pula penetapan bulan itu sebagaimana penetapan waktu harian (yaitu mengikuti daerahnya masing-masing)”.

[Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, 20/47-48, Darul Wathon – Darul Tsaroya, cetakan terakhir, tahun 1413 H]
Demikian penjelasan dari Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah. Intinya, kita tetap berpuasa Ramadhan, berhari raya dan berpuasa Arofah sesuai dengan penetapan hilal yang ada di negeri ini, walaupun nantinya berbeda dengan puasa, hari raya atau wukuf di Saudi Arabia.

Hanya Allah yang memberi taufik.

Selasa, 09 November 2010

Zulhijjah & IdilAdha : Beberapa Isu & Hukum



KULLU 'AM WA ANTUM BI KHAIRIN.




Bulan Zulhijjah, khususnya sepuluh hari awalnya adalah merupakan peluang kedua selepas Ramadhan untuk umat Islam mendapatkan gandaan keredhaan, keampunan dan pahala amalan.
Disebutkan oleh Nabi SAW :
"Sebaik-baik hari di dunia adalah sepuluh hari itu" (Riwayat al-Bazzar ; Albani : Sohih).
Allah SWT pula berfirman :
وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ
"Demi Fajar dan hari-hari yang sepuluh" ( Al-Fajr : 1).
Majoriti ulama menyatakan hari sepuluh itu merujuk kepada hari pertama hingga sepuluh Zulhijjah dan bukannya sepuluh terakhir Ramadhan. (Zad Al-Ma'ad, Ibn Qayyim).
Ia juga disebut oleh Nabi SAW dalam hadith lain :
"Tiada hari-hari yang lebih disukai oleh Allah SWT untuk hambanya memperbanyakkan amalan dari sepuluh hari ini" (Riwayat Al-Bukhari).

AMALAN-AMALAN UTAMA
 
Manakala amalan-amalan yang digalakkan sepanjang sepuluh awal Zulhijjah yang amat besar pahalanya ini antaranya :- 

a) Zikir : Iaitu dengan memperbanyakkan zikir Subhanallah, Alhamdulillah, La ilaha Illa Allah dan Allahu Akbar.
Ia bersumber dari hadith riwayat At-Tabrani yang diakui sohih oleh Imam Al-Munziri. Allah SWT juga menyebut ertinya : "Supaya mereka menyaksikan berbagai perkara yang mendatangkan faedah kepada mereka serta memperingati dan menyebut nama Allah, pada hari-hari yang tertentu.." (Al-Hajj : 28).
Ibn Abbas r.a mentafsirkan erti ‘hari-hari tertentu' adalah sepuluh hari Zulhijjah ini dan inilah pendapat majoriti ulama jua. 

b) Berpuasa : Amat digalakkan berpuasa pada satu hingga sembilan Zulhijjah bagi orang yang tidak menunaikan Haji. Hari Arafah (9 Zulhijjah ) pula adalah hari yang terbaik untuk berpuasa.
Nabi SAW bersabda tentang kelebihan hari Arafah :
"Tiada hari yang lebih banyak Allah membebaskan hambanya lebih dari hari Arafah" (Riwayat Muslim).
Nabi SAW juga bila ditanya tentang kelebihan berpuasa pada hari Arafah ini menjawab, ia menghapuskan dosa yang lalu dan tahun kemudiannya. 

c) Melakukan lain-lain amalan seperti bersedeqah, membaca Al-Quran, solat sunat dan lain-lain. Ia semuanya termasuk di dalam umum hadith yang menunjukkan ianya amat disukai oleh Allah SWT. 

d) Menjauhi maksiat dan masa terbaik untuk memulakan tawbat bagi sesiapa yang masih berfikir-fikir dan menangguhnya. Amat biadap jika umat Islam bersukaria dengan melampaui batas haram di hari yang amat agung di sisi Allah SWT ini. Bertawbatlah dengan sebenar-benar tawbat dan sedarilah bahawa hidup ini sementara dan seluruh keseronokannya adalah tipu daya semata-mata. 

e) Bertakbir : Ibn Abi Shaibah menyebut bahawa `Ali KW menunjukkan bahawa permulaan takbir bermula sejurus selepas solat Subuh hari Arafah sehingga hujung waktu ‘Asar hari ketiga Tashriq. 

f)  Berkorban : Allah SWT berfirman : ertinya : "dan berdoalah dan berkorban". Allah SWT juga menyebut :
وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوب

Ertinya : "Sesiapa yang membesarkan syiar Allah (berkorban) mala ia adalah dari tanda ketaqwaan hati" (Al-Hajj : 32) 

Sebuah hadis menyebut  :
ما عمل آدمي من عمل يوم النحر أحب إلى الله من إهراق الدم

Ertinya : "Tiadalah amalan anak Adam yang lebih disukai oleh Allah SWT pada hari kurban kecuali berkorban ( dengan menyembelih binatang)" ( Riwayat At-Tirmidzi, Abu Daud ; Gharib, namun terdapat rawi yang dipertikaikan)

POTONG KUKU, RAMBUT & HUKUM QURBAN
 
Hukum berkorban adalah sunat muakkad (yang dituntut) bagi orang yang mempunyai lebihan dan kemudahan harta. Demikian pendapat majoriti ulama termasuklah sahabat besar seperti Abu Bakar as-Siddiq r.a, Umar al-Khattab r.a,  Ibn Mas'ud r.a dan lain-lain, kecuali Imam Abu Hanifah berpendapat ianya WAJIB bagi mereka yang berkemampuan.[1]
 
Bagi menggandakan pahala korban, seseorang yang sudah berniat awal untuk melakukannya digalakkan menahan diri dari memotong rambut dan kuku. Ia berdasarkan hadith riwayat Muslim yang sohih, iaitu :-

من أراد أن يضحي فدخل العشر فلا يأخذ من شعره ولا من أظفاره شيئاً حتى يضحي 

Ertinya : Barangsiapa yang ingin menyembelih ( berkurban ), dan telah masuk sepuluh awal Zulhijjah), maka janganlah dia memotong apa-apa rambut atau kukunya  SEHINGGALAH sampai korban dilaksanakan" ( Muslim, 3/39 ) 

Justeru, majoriti ulama dari mazhab Maliki, Syafie dan sebahagian Hanbali menyatakan makruh hukumnya bagi melanggarnya.
Bagaimanapun ia tiadalah termasuk dalam kategori haram kerana Aisyah r.a pernah meriwayatkan bahawa beliau pernah menempah (menandakan dan membeli binatang) dan diniatkan untuk dilakukan Qurban, dan Aisyah r.a menyebutkan, tiadalah Nabi SAW mengharamkan apa-apa (semasa menunggu masa untuk menyembelih) sehinggalah sampai waktu sembelihan. Hadis tersebut adalah sohih riwayat al-Bukhari dan Muslim.
Oleh itu, adalah dibenarkan untuk memotong kuku jika ia boleh mengganggu kesempurnaan wudhu dan lain-lain kewajiban. 

TIDAK DIBENARKAN juga berkorban hanya dengan membayar harganya atau membeli daging lembu yang telah disembelih dari pasar lalu disedeqahkan atas niat Qurban. Tatkala itu, ia dianggap sedeqah biasa sahaja dan bukannya Qurban yang disyariatkan di hari raya Aidiladha. 

Pahala Qurban adalah jauh lebih hebat dari bersedeqah harganya sahaja. Ia adalah fatwa oleh majoriti ahli ilmu seperti Imam Abu Hanifah, Malik, Syafie, Ahmad dan lain-lain.  [2]
 
Adalah diingatkan jua agar meniatkan Qurban itu adalah kerana Allah SWT semata-mata, menuruti sunnah Nabi SAW dan Nabi Ibrahim a.s dan bukannya untuk menyedeqahkan daging atau lain-lain niat.
Firman Allah :
لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

Ertinya : Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Hajj : 37) 

KONGSI LEMBU 

Harus hukumnya menurut majoriti ulama untuk berkongsi seekor lembu dengan dibahagikan kepada 7 bahagian atau seekor kambing berdasarkan hadith Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir r.a. [3]
Adalah digalakkan juga untuk menyembelih sendiri (jika berkemampuan) atau menghadiri majlis sembelihan.
Sebuah riwayat hadith pernah mencatatkan nasihat Nabi SAW kepada Fatimah yang ingin berqurban : 

احضري أضحيتك، يغفر لك بأول قطر من دمها

Ertinya : "Hadirkanlah dirimu di waktu sembelihan, diampunkan bagimu dari titisan darah sembelihanmu yang pertama" 

BINATANG TERBAIK UNTUK KURBAN
 
Yang terbaik adalah unta, diikuti oleh lembu, kerbau, kemudian biri-biri, kambing dan jika tidak mampu bolehlah 1/7 dari unta, lembu, kerbau.
Yang terbaik sudah tentulah yang paling banyak dagingnya maka lebih ramai mendapat merasai dan manfaatnya. 

PEMBAHAGIAN DAGING
 
Daging qurban yang telah siap dilapah bolehlah dibahagikan SEPERTI BERIKUT :
1/3 (sepertiga) kepada tuan rumah yang berqurban,
1/3 (sepertiga) kepada faqir miskin termasuklah jirannya dan saudara mara dan
1/3 (sepertiga) lagi bagi sesiapa yang memintanya.
Ia berdasarkan firman Allah SWT :

فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ

Ertinya : "Dan makanlah ia, dan berikanlah ia kepada orang yang susah dan faqir." (Al-Haj : 28) dan juga firman Allah : 

فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ

Ertinya "Dan makanlah ia, dan berikanlah kepada orang yang memintanya dan yang tidak memintanya" (Al-Haj : 36)

Inilah yang dilakukan oleh Nabi SAW sebagaimana riwayat Ibn Abbas r.a dan Ibn Umar r.a. Namun demikian HARUS (DIBENARKAN) untuk tidak mengikut cara pembahagian ini SAMADA UNTUK MAKAN KESELURUHANNYA ATAU KEBANYAKKANNYA. [4]
 
Bagaimanapun DILARANG untuk memberikan tukang-tukang lapah dan penyembelih upah atas usahanya (iaitu dengan ditetapkan dari awal), bagaimanapun ia harus jika dia termasuk dari kalangan faqir miskin atau diberikan secara sukarela orang ramai sebagai hadiah. 

TIDAK DIBENARKAN juga sepakat ulama untuk menjual dagingnya.
Namun tidak sepakat berkenaan penjualan kulit, bulunya dan tulang hasil Korban. Majoriti mazhab termasuk Syafie tidak membenarkan. [5]
 DIBENARKAN untuk menyimpan daging-daging kurban walaupun melebihi 3 (tiga) hari berdasarkan hadis Nabi s.a.w yang diriwayatkan oleh Muslim. 

MEMBERI DAGING KORBAN KEPADA ORANG KAFIR
 
Ulama berbeza pendapat dalam hal ini, sebahagian mazhab mengatakannya HARAM, ada yang mengatakannya MAKRUH dan Mazhab Hanbali, Hanafi mengatakannya sebagai HARUS kerana ia bukannya sedeqah wajib. [6]
Namun tiada khilaf, mendahulukan umat Islam adalah lebih utama dalam hal ini. 

BERKORBAN ATAU MEMBAYAR HUTANG
 
Bolehkah seorang yang dibebani hutang bank dan rakan berkorban sekali setahun demi tawaran pahalanya?.
Justeru, untuk menentukan keutamaan samada menjelaskan hutang atau melakukan ibadah kurban kita perlu melihat kepada jenis hutang, tempoh janji bayaran semula dan kemampuan orang yang berhutang.
Jika ia adalah dari jenis hutang yang telah terancang pembayarannya seperti hutang bank dan selepas ditolak semuanya masih ada baki wang, tatkala itu individu tersebut sewajarnya melihat dan memikirkan berkenaan hutang tidak rasmi dari individu lain atau rakan-rakan serta tempoh yang dijanjikan. 

Jika tempoh langsaian hutang masih jauh dan diyakini pendapatan akan datangnya boleh menampung semunya tanggungjawab wajib itu. Di ketika itu  barulah ibadah kurban menjadi utama untuk dilaksanakan. 

Ia amat jelas kerana ibadah kurban hanya sunat muakkad sahaja menurut majoriti mazhab mankala langsai hutang dalam tempohnya adalah wajib.
Jika disebabkan oleh ingin berkorban sehingga menyebabkan rakan pemberi hutang pula ‘TERKORBAN', hubungan persaudaraan ‘terkorban', atau hingga menyebabkan pihak bank mengenakan penalti kerana lewat bayar, tidak wajar sama sekali untuk berkorban juga. Keutamaan tetap bagi pelangsaian hutang berbanding berkorban. Demikian pandangan ringkas saya. 

KORBAN OLEH ORGANISASI & SYARIKAT?
 
Ramai yang bertanya dan ramai juga yang melakukan amalan ini. Adakah sebuah syarikat boleh mengeluarkan budjet tertentu untuk membeli dua puluh ekor lembu dan berkorban atas nama syarikat?
Jawab ringkas saya: 

"tidak boleh !" 

Ibadah korban adalah ibadah yang dilakukan oleh individu tertentu atau untuk individu tertentu. Ia bukan untuk organisasi yang bukan manusia. Justeru, ia sebuah organisasi ingin melaksanakannya, ia MESTI menghadiahkannya kepada mana-mana Pengarah atau kakitangannya.
Ketika itu korban barulah sah dan ia menjadi korban oleh individu yang ditentukan namanya sahaja dan bukan atas nama syarikat. Pihak syarikat terbabit boleh bergilir-gilir menghadiahkan lembu tertentu dan bahagiannya DIHADIAHKAN kepada kakitangan secara khusus UNTUK DILAKSANAKAN sembelihan atau korban, pahala korban akan hanya diperolehi oleh individu dan pihak organisasi pula (iaitu pemilik organisasi iaitu manusia) hanya mendapat pahala kerana ‘menghadiahkan' lembu atau bahagiannya kepada kakitangan sahaja.
Jika pihak syarikat tidak mahu berbuat demikian, bermakna ia mestilah meletakkan secara specific 20 ekor lembu itu, untuk para lembaga pengarahnya secara khusus juga. Ia bukan atas nama syarikat tetapi individu. 

APAKAH HAJI AKBAR ?
 
Nabi SAW menamakan hari sembelihan iaitu 10 Zulhijjah  sebagai Haji Akbar. (Riwayat Abu Daud dengan sanad sohih : Ibn Qayyim dan Albani).
Sayyidina Ali Abi Talib juga pernah ditanya tentang apakah itu Haji Akbar, beliau menjawab:
"Ia adalah hari sembelihan (iaitu haji raya pertama). (Riwayat at-Tirmidzi) 

Menurut Ulama itulah yang dimaskudkan di dalam ayat surat At-Taubah.
Bagaimanapun sesetengah ulama membawakan hujah mereka mengatakan Haji Akbar itu adalah Hari Arafah [7]. Setengah ulama pula bersama sahabat seperti Ibn Abbas r.a dan Ibn Umar r.a yang menyatakan bahawa Haji Akbar itu adalah hari arafah yang jatuhnya pada hari Jumaat dan pahalanya disebut sehebat 70 kali pahala Haji biasa, Ia juga disebut oleh Imam al-Ghazzali, ini bermakna pada Haji Akbar, semua orang yang berada di Arafah akan diampunkan. Ia berdasarkan satu hadith yang diriwayat oleh Razin dalam Tajrid as-Sihhah, bagaimanapun al-Munawi menolak hadith itu dengan katanya "tiada asalnya". 

Kesimpulannya : Terdapat para sahabat mengatakan Haji Akbar itu adalah hari Arafah yang jatuh pada hari jumaat, mankala Ali k.w pula mengatakan ia adalah hari Qurban pada 10 zulhijjah dan setengah yang lain pula menyebut ia adalah semua hari-hari wuquf di Mina ( hari Tasriq). 

Akhirnya, adalah amat perlu dipastikan bahawa tarikh hari raya ‘Idil adha ini menurut ijtihad pemerintah kerajaan Saudi bagi menyatukan umat Islam di seluruh dunia ( kecuali jika benar-benar sesebuah Negara itu mengikut rukyah), tanpa rukyah maka kiraan yang terbaik adalah dengan menuruti Saudi. Dengan itu, kekeliruan yang sering berlaku sebagaimana mencari Lailatul Qadar dan hariraya idilfitri akan berterusan. wallahu 'alam 

Sekian 

Oleh
Zaharuddin Abd Rahman
 www.zaharuddin.net

[1] Al-Mughni, Ibn Qudamah, 5/ 197
[2] Al-Majmu, 8/425 ; Al-Mughni, 9/436
[3] Al-Majmu, An-Nawawi, 8/313
[4] Al-Mughni, Ibn Qudamah, 5/200
[5] Bidayatul Mujtahid, Ibn Rusd Al-Hafid, 1/321 ( cet Maktabah al-Riyadh al-Hadithiyah) ; Rawdah At-Tolibin, An-Nawawi, 3/225
[6] Al-Mughni, Ibn Qudamah, 5/201
[7] Ahkam al-Quran, Al-Jassas

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More