Gambar keadaan iklim di Mu'tah
Bekas tapak peninggalan perang Mu'tah
Peta Jordania
Ilustrasi
InsyaAllah dengan membaca artikel ini, penulis ingin mengajak pembaca untuk menelusuri sejarah masa lampau yaitu dimana tempatnya terjadi perang Islam dan Barat pada pertama kali terjadi. Tujuan untuk mengingat kembali sejarah putih dan hitam dalam perjuangan Islam demi menambah lagi keperihatinan dan kekaguman sebagai panganut agama yang real dan dijamin oleh Sang Khaliq akan keselamatannya dunia dan juga akhirat ini. Dalam peperangan ini, Allah memberi kemenangan bagi kaum muslimin dengan Jumlah musuh yang begitu besar dibanding dengan jumlah kaum Muslimin yang sedikit, inilah tidak masuk akal kalau sekiranya dicerna dengan akal logik yang sehat, melainkan tidak bukan di atas bantuan Allah Azza Wajalla. Walaupun ada beberapa pandangan yang tidak sepakat dalam penentuan kalah atau menang bagi kaum Muslimin. Walaupun begitu di pertempuran yang begitu hebat ini ujian bagi kaum muslimin adalah amat mencabar apatah lagi ketika pertukaran pemimpin perang selisih berganti akibat syahid di tangan musuh. Kecelaruan panduan agak terkeliru di sini, kemana hendak dijadikan ikutan kecuali setelah Khalid bin al-Walid dilantik menjadi Komandan/ketua perang.
Pengenalan secara singkat
Mu`tah adalah sebuah kampung yang terletak di perbatasan Syam. Desa yang ada di tepi Sungai Jordan ini, kini masuk dalam wilayah Karak/gurun wilayah Yordania. Mu'tah saat ini merupakan wilayah yang semarak dengan deretan pohon pinus di sepanjang jalan. Tidak seperti wilayah lain di Arab Saudi, di Mu'tah tidak begitu ramai orang yang berjubah. Bahkan, kabarnya juga tidak ada unta. Hal ini karena Mu'tah termasuk wilayah Mediterranean yang memiliki empat musim. Pada musim dingin, Mu'tah seringkali diselimuti salju. Begitulah saya diberitahukan oleh beberapa sahabat seperjuangan yang menyambung pelajarannya di bumi Ambiya’ ini.
Dan juga kampung Mu'tah, pada masa Rasulullah SAW menjadi salah satu saksi penting sejarah perkembangan Islam.
Di dekat kampung ini, terjadi peperangan antara bangsa Arab yang sudah memeluk Islam dengan aliansi bangsa Arab pemeluk Nashara dan Bangsa Eropa dari kerajaan Romawi.
Beberapa literatur menyebutkan, perang ini adalah perang pertama umat Islam melawan bangsa Barat.
Dan juga kampung Mu'tah, pada masa Rasulullah SAW menjadi salah satu saksi penting sejarah perkembangan Islam.
Di dekat kampung ini, terjadi peperangan antara bangsa Arab yang sudah memeluk Islam dengan aliansi bangsa Arab pemeluk Nashara dan Bangsa Eropa dari kerajaan Romawi.
Beberapa literatur menyebutkan, perang ini adalah perang pertama umat Islam melawan bangsa Barat.
Peperangan di Mu’tah
Pertempuran Mu’tah terjadi pada 629 M atau 5 Jumadil Awal 8 H[1], dekat kampung yang bernama Mu’tah inilah, di sebelah timur Sungai Jordan dan Al Karak, antara pasukan Muslim yang dikirim oleh Nabi Muhammad dan tentara Kekaisaran Romawi Timur. Jumlah tentara kaum Muslimin adalah 3000 VS 200.000 kaum Kuffar.
Dalam sejarah Islam, pertempuran ini merupakan upaya Muslimin untuk memberikan pembalasan terhadap kepala suku Ghassaniyah yang mengeksekusi/menahan seorang utusan kaum Muslimin. Menurut sumber-sumber Islam, pertempuran ini berakhir dengan kedua belah pihak berundur dari medan perang. Menurut sumber-sumber Barat modern, pertempuran ini adalah upaya penaklukan yang gagal terhadap bangsa Arab di sebelah timur Sungai Jordan[2].
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengungkapkan ketakjubannya terhadap kekuasaan Allah Azza wa Jalla melalui hasil peperangan yang berakhir dengan kemenangan kaum muslimin dengan berkata : “Ini kejadian yang menakjubkan sekali. Dua pasukan bertarung, saling bermusuhan dalam agama. Pihak pertama pasukan yang berjuang dijalan Allah Azza wa Jalla, dengan kekuatan 3000 orang. Dan pihak lainnya, pasukan kafir yang berjumlah 200 ribu pasukan. 100 ribu orang dari Romawi dan 100 ribu orang dari Nashara Arab. Mereka saling bertarung dan menyerang. Meski demikian sengitnya, hanya 12 orang yang terbunuh dari pasukan kaum muslimin. Padahal, jumlah korban tewas dari kaum musyirikin sangat banyak”[3].
Dari kisah di atas marilah kita lihat sepotong ayat al-Qur’an ini, Allah Azza wa Jalla berfirman :
قال الذين يظنون أنهم ملقوا الله كم من فئة قليلة غلبت فئة كثيرة بإذن الله , والله مع الصبرين
“ | ...Orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah? Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Al-Baqarah 2:249) | ” |
Para ulama sejarah berselisih pendapat dalam bab ini mengenai jumlah syuhada Mu’tah. Namun, yang jelas jumlah mereka tidak banyak. Hanya berkisar pada angka belasan saja, menurut hitungan yang terbanyak. Padahal, peperangan Mu’tah sangat sengit yang pernah ditempuh ummat Islam pada ketika itu. Ini dapat dibuktikan bahwa Khalid bin Walid rahimahullah menghabiskan 9 pucuk pedang dalam perang tersebut. Hanya satu pedang yang tersisa, hasil buatan Yaman.
Khalid rahimahullah berkata, “Telah patah Sembilan pedang ditanganku, tidak tersisa kecuali pedang buatan Yaman”.[4]
Inilah peperangan kaum muslimin yang pertama melawan bangsa adidaya/adikuasa dimasa itu, bangsa Romawi. Berlaku pada tahun 8 H. Sebahagian ahli sejarah mengungkapkan bahwa faktor pemicu laga antara kaum muslimin dan kaum kuffar ini disebabkan oleh pembunuhan atas utusan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam yang bernama al-Harits bin ‘Umair radhiyallahu ‘anhu oleh Syurahbil bin ‘Amr al-Ghassani, salah satu gubernur dibawah bangsa Romawi di Syam (pada waktu itu yang berkuasa di wilayah Palestin dan sekitarnya). Sebelumnya, tidak pernah seorang utusan dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dibunuh dalam misinya.
Kesimpulan
Allah juga menguji para ummat Islam bagaimana strategi dan sikap untuk melawan musuh yang nyata ini atau sudah terbukti akan memerangi kita sebelum mengikuti agama mereka. Sebagaimana Firman Allah (QS : Al-Baqarah : 120).
و لن ترضى عنك اليهود ولا النصرى حتى تتبع ملتهم , قل إن هدى الله هو الهدى , ولئن اتبعت أهوائهم بعد الذي جاءك من العلم , ما من الله من ولىّ ولا نصير
Yang artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
Inilah diantara ayat yang selalu dipakai oleh para penda’i kita ketika menyentuh hala tuju musuh Islam dalam merancang untuk meruntuhkan Islam yang mulia ini. Dari arti diatas sangat jelas apa sebenarnya tujuan musuh Islam.
Beberapa pengajaran yang dapat penulis ambil di sini, pertama; Janganlah menjadi gentar ketika melawan musuh Allah Subhana wata’ala, kedua; yakinlah bahwa Allah Subhana wata’ala akan membantu ummatnya dalam perjuangan karena-Nya, ketiga; seiring dengan perkembangan zaman, maka berbagai pula cobaan dan ujian yang datang, keempat; jadikanlah kisah ini sebagai awal semangat dalam perjuangan Islam, kelima; jadikanlah cita-cita menjadi seorang syahid di jalan Allah Subhana Wataa’la.
[1] Saif-ur-Rahman Mubarakpuri, ar-Raheeq al-Makhtoom, "The Sealed Nectar", Islamic University of Medina, Dar-us-Salam publishers ISBN 1-59144-071-8
[2] Buhl, F "Mu'ta". Encyclopaedia of Islam Online Edition. Ed. P.J. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel and W.P. Heinrichs. Brill Academic Publishers. ISSN 1573-3912
[3] Lihat al-Bidayah wan Nihayah (4/214).
[4] Hadits riwayat Bukhari 4265-4266.
[5] as-Sirah ash-Shahihah (hal.468) jumlah Sahabat yang gugur 13 orang.